Halaman

Minggu, 10 Juli 2011

Disinilah! Hypermart Loakan Jakarta

Jika ‘PI’ alias Plaza Indonesia dianggap pusat niaga berkelas, di Jatinegara Timur ada ‘JI’ alias Jembatan Item, pasar loak terbesar di Jakarta. Ratusan pedagang menggelar ‘koleksi’nya. Mulai jimat batu akik sampai Blackberry Onyx.


Sekitar lima tahun lalu, pedagang barang-barang bekas, biasa disebut barang loakan, yang mangkal di sekitar Lapangan Jenderal Urip Sumohardjo, Jalan Matraman Raya digusur. Sebagian besar mereka pindah ke kawasan Jembatan Item yang memang sudah ‘dikuasai’ belasan ‘pengusaha’ sejenis.


‘Migrasi’nya lebih dari seratus pedagang loakan itu disambut baik warga sekitar. “Tadinya di sini sepi. Sekarang jadi rame,” cerita Kurnain alias Bang Nain yang tidak lagi nganggur setelah dijatah lahan parkir seluar 20 meter persegi.


Bersama Cecep (65), sang paman, Bang Nain aplusan jadi jukir. Hari biasa mereka bisa dapat minimal Rp 30 ribu, Sabtu dan Minggu bisa tembus Rp 100 ribu. “Lumayan lah, gara-gara banyak yang datang ke sini, orang kampung sini jadi ketiban rejeki,” papar Cecep yang nyambi jualan rokok dan minuman ringan.


Para pedagang loakan itu memenuhi sekitar Jembatan Item, halaman Masjid Nurul Islam hingga masuk ke Gang Kohen. Sebagian lagi berjejer ke arah mulut Jalan Jatinegara 1, Jakarta Timur.


Di hari biasa pasar loak ini cukup ramai, namun Sabtu – Minggu dan hari libur, terkadang pengunjungnya sampai berdesakan. “Apalgi pas tanggal muda, wah parkiran sampai penuh,” ungkap Bang Nain.


Usaha mereka menempati lapak-lapak kecil di sisi jalan dan sisi kali. Namun lebih banyak yang hanya gelar dagangan diatas plastik bekas spanduk atau terpal. “Kita sewa tempat. Kalau gelaran kayak gitu repot harus bongkar pasang. Dagangan kita banyak,” ujar Mulyadi (38), anak pensiunan kolonel yang ‘terdampar’ di 


Jembatan Item.
Mulyadi tidak mau jual stik golf kepada anak sekolah
Mulyadi menempati lapak ukuran 2 x 2 meter bersama Iwan, rekannya. Mereka menjual beragam barang bekas, mulai jam tangan, ponsel, lukisan, alat cetak kue, sampai stik golf. “Apa aja kita jual deh, soal harga bisa nego sampai mentok,” kelakar Mulyadi yang harus menafkahi istri dan tiga anak dari lapak loakan itu.


Selain membeli barang bekas dari orang yang datang, Mulyadi juga sering ‘hunting’ ke beberapa perumahan elit. “Biasanya ada saja barang bekas yang dijual satpam, sopir atau babu (pembantu rumah tangga). 
Ketimbang dibuang majikannya, lebih baik dikumpulin, terus dijual ke saya,” ungkapnya.


Tidak ada patokan harga jika transaksi di sana. Satu jenis barang bisa tinggi harganya atau bahkan diobral murah sangat tergantung dari tawar menawar. Bocorannya, jika ingin dapat harga murah, bersikaplah seperti tidak butuh barang itu. “Alhamdulilah, paling dikit sehari bisa dapet Rp 50 ribu,” cerita Mulyadi.


Mulyadi sering menolak pelajar yang ingin membeli  stik golf. Dia kuatir barang itu digunakan untuk tawuran. “Saya inget anak saya yang STM. Jangan-jangan dia beli di sini, korbannya anak saya sendiri,” ujarnya.
Ada kabar miring yang menyebut, kawasan ini menjadi tempat copet dan maling ‘buang’ hasil kejahatannya. “Wah kalo soal itu sih tergantung masing-masing orang, mau jadi penadah pasti ada resikonya,” ungkap Mulyadi.
Barang dagangannya digelar hingga ke jalan.
Jika disimak, memang ada perbedaan. Pedagang loakan hampir 90 persen daganganya dalam kondisi rusak, sementara belasan pedagang ponsel jual ponsel bekas yang masih bisa digunakan. Mereka buka lapak dengan gelar terpal di sisi jalan atau pakai meja kecil.


Buyung, satu diantaranya tidak menampik kemungkinan barang yang dia beli kemudian dijualnya lagi itu hasil kejahatan. “Biasanya mereka jual batangan (tanpa kardus dan charger). Prinsip saya dia jual karena butuh uang. Saya tidak mau tahu itu barang dari mana asalnya,” ujar Buyung yang menjual Blackberry Onyx dengan harga miring.


Jembatan Item, Jalan Poncol, Senen dan Pasar Rumput, Manggarai memang menjadi bursa barang bekas di Jakarta. Jika beruntung, kita dapat barang atau spare part yang langka dengan harga murah.*

1 komentar:

  1. saya lagi coba jualan barang antik.. nih. Thanks infonya ya. Sering juga tuh saya ke JI, naek angkot.Soalnya saya pengangguran berat...

    BalasHapus