Halaman

Kamis, 30 Juni 2011

Si Onthel Main Sinetron

Awalnya ikut foto pre wedding, kemudian main iklan bareng Giring Nidji, kemarin syuting sinetron ‘Gadis Plastik’. Itulah ‘karir’ onthel tua milik Isworo.
Sejak dicanangkan museum sebagai tujuan wisata, banyak perubahan terjadi di bangunan-bangunan di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Selain dipercantik, bangunan bersejarah itu pun kini menjadi maskot wisata Jakarta.

Setiap hari, terutama hari libur, banyak pelancong singgah. Museum Sejarah Jakarta yang dahulu dikenal dengan sebutan Museum Fatahillah menjadi pusat keramaian. Kawasan yang semula sepi itu, kini hidup dan menjadi lahan mencari uang bagi segelintir warga Jakarta.

Isworo (38), merupakan satu dari puluhan orang yang menikmati berkahnya program Wisata Museum. Sejak tahun 2007, pria asal Yogyakarta yang sudah lama menetap di Jakarta ini dipercaya mengelola belasan sepeda onthel sewaan di kawasan Kota Tua. Ayah dari dua putri ini mangkal di halaman Museum Sejarah Jakarta.

Bersama enam teman seprofesi, setiap hari mereka ‘memejeng’ sekitar 230 sepeda. “Sepeda saya cuma satu, lainnya milik bos,” ujar Isworo sambil menunjuk sepeda tua hitam yang sudah kusam. Menurut mantan sopir taksi ini, dia dan enam temannya hanya pengelola yang  wajib setoran kepada bosnya.

Hampir semua sepeda itu sudah sepuh. Bahkan ada yang tahun produksinya sebelum kita merdeka, alias warisan Belanda dan Jepang. Namun sayang, hanya demi menarik minat pengunjung, sepeda-sepeda itu dicat dengan warna cerah mengganti warna orisinilnya. “Kalau nggak dicat begini, jarang yang mau naik,” ujar Isworo.

Di beberapa titik halaman museum yang selalu ramai dengan pedagang kaki lima itu Isworo dan temannya mangkal. Diantara barisan sepeda tua warna-warni itu pasti ada beberapa onthel orisinil.

Sepeda yang masih lengkap dengan ‘atribut’nya itu biasanya diminati orang yang mengerti tentang sepeda tua. “Pengunjung kelahiran Jawa Tengah biasanya pilih yang masih ori (orisinil). Mereka ingin nostalgia saat bersepeda di kampungnya,” terang Isworo.

Kehadiran sepeda sewaan ini berawal dari kesepakatan pengelola Museum Sejarah Jakarta dengan Komunitas Onthel Wisata Kota Tua yang kini beranggota 38 pemilik onthel. Di komunitas yang dibentuk tahun 2007 itu, Isworo menjebat  sebagai wakil ketua.

Dibawa Kabur
Komunitas yang sebagian besar anggotanya adalah pengojek sepeda itu semula hanya kongkow-kongkow di halaman museum. Hingga suatu ketika ada fotografer pre wedding yang meminjam salah satu onthel menjadi properti pemotretan. “Waktu itu dibayar lima puluh ribu,” kenang Isworo.

Karena sering disewa untuk pre wedding, akhirnya mereka jadi sering kumpul di sana sampai terbentuk komunitas tersebut. Dari sanalah muncul ide menyewakan onthel. “Enak disewakan, kita gak capek gowes lagi,” terang Iip (40), anggota komunitas yang masih menyandang profesi pengojek sepeda.

Saat itu, hampir setiap hari pengojek sepeda anggota komunitas mangkal di dekat museum berharap ada tertarik menyewa onthel-nya  keliling museum. “Kalau ngojek dari Stasiun Kota ke Mangga Dua paling mahal dibayar goceng (Rp5000,-). Disewain sebentar dapat noban (Rp20.000,-),” ungkap Iip yang kelahiran Jakarta.

Ongkos sewa onthel sudah dipatok seragam Rp20.000,- selama satu jam plus dua topi kalau ingin boncengan. Penyewa hanya bisa berkeliling di sekitar museum saja, kalau melewati batas area akan ‘disemprit’ keamanan yang jaga di beberapa titik pintu keluar.

Jika ingin bernostalgia lebih jauh dan lebih lama, penyewa bisa pesan paket lintasan lima lokasi dengan tarif  Rp.30.000,- persepeda ditambah biaya guide alias pendamping Rp. 30.000,-.  
“Penyewa harus didampingi karena harus lewat jalan raya dan singgah di lima lokasi wisata, seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bahari, Menara Syah Bandar, Jembatan Kota Intan, dan Toko Merah. Kalau nggak pakai pendamping bisa kesasar,” ungkap Isworo.

Menurut Iip yang lebih memilih jadi guide ketimbang ngojek ini, fungsi pendamping selain mengarahkan juga mengawal agar sepeda tidak dibawa kabur penyewa. Harga onthel yang lumayan mahal itu pasti menggoda penjahat mencurinya, seperti yang dialami Isworo.

Sekitar tahun 2008 kawasan museum belum ‘steril’ seperti sekarang. Penyewa onthel belum diawasi ketat sehingga bisa bebas gowes sampai luar area. Suatu hari ada sepasang remaja menyewa onthel Isworo, namun sampai sekarang ontehl itu tidak kembali. “Saya tidak curiga, yang cewek masih pakai seragam sekolah, cowoknya pakaian biasa. Eh, malah maling,” tuturnya.

Jika dibandrol, harga sepeda keluaran Jerman merek Simpson produksi tahun 1940-an sekitar 3 sampai 5 juta rupiah. Namun Isworo lebih rela kehilangan uang sejumlah itu dibanding kehilangan onthel Simpson-nya.
“Jaman Jepang, kakek saya itu tentara Heiho. Dia dikasih sepeda Simpson untuk patroli. Saya menyesal sekali tidak bisa menjaga warisan berharga itu. Kalau boleh pilih, lebih baik kehilangan uang. Bisa cari lagi. Tapi cari sepeda seperti itu lagi sangat langka,” keluhnya.

Bintang Iklan
Setelah ‘pensiun’ jadi sopir taksi, Isworo yang sejak kecil suka dengan onthel warisan kakeknya itu segera memboyong Simpson tua dari kampungnya ke Jakarta. Karena banyak waktu luang, dia lebih sering mengurus ‘pusaka’ itu dan sering kumpul bersama onthelis lain di kawasan kota.
Lantaran banyak permintaan foto untuk pre wedding dan foto session para fotografer pemula, Isworo cs mulai serius menanggapi ‘bisnis’ barunya itu. Mereka lebijh serius merawat sepeda tuanya sambil melengkapi dengan spart part aslinya.

Karena onthel-nya raib digondol orang. Isworo terpaksa berburu onthel. Dari seorang teman dibisa memiliki lagi satu onthel merek Philips. Entah kenapa, dari sekian banyak onthel di kawasan itu, justru milik Isworo yang sering dapat job.

Diawali dari foto pre wedding dengan tarif Rp.50.000,-, onthel itu dipakai syuting iklan rokok bersama grup band Nidji. “Onthel saya yang dinaiki Giring. Lumayan dapat lima ratus ribu. Saya jadi tambah bangga sama sepeda ini,” papar Isworo.

Kalau hanya sekedar jadi properti pemotretan, hampir setiap bulan Isworo dapat job. Belum lama ini, onthelnya juga dipakai sebagai properti pembuatan sinetron Gadis Plastik. “Onthel saya dibawa ke lokasi syuting. Sampai sekarang saya belum lihat sinetronnya,” ujar pria yang mengaku sedikit lancar berbahasa Inggris ini.

Meskipun belum lihat ‘akting’ sang onthel, namun Isworo puas dan bangga. Ternyata sepeda tua itu telah menjadi bagian hidup dirinya dan keluarga. Dari sepeda itu dia bisa menghidupi istri dan dua anaknya. “Yang besar sudah lulus SMEA. Sebentar lagi mau kawin,” ungkapnya.

Isworo hanya satu potret dari sekian banyak orang yang masih mengantungkan hidupnya dari alat transportasi kuno beroda dua yang meliuk-liuk di padatnya lalulintas Jakarta.*
http://www.iconspedia.com/uploads/12789365491822702177.png

Kamis, 23 Juni 2011

Nujood Ali: ‘Diperkosa’ Di Malam Pertama


 
Tanggal 15 April 2008, Nujood Ali resmi berstatus janda di usia 10 tahun. ABG dari Yaman ini telah mendobrak budaya negerinya yang terbiasa menikah di bawah umur. Nujood dianggap pahlawan yang telah menyelamatkan kehidupan wanita Yaman.
          
Kini Nujood sudah berusia 13 tahun. Dia kembali bersekolah dan mendapatkan kehidupan normal seperti layaknya remaja seusia dia. Sebelumnya, penderitaan panjang telah menggores kisah hidupnya.
Sejak lahir, Nujood hidup dilingkungan keluarga miskin. Ayahnya, Ali Mohammed Ahdal memiliki 16 anak dari dua istri. Pria itu sudah tidak mampu lagi membiayai kehidupan anak istrinya, maklum, Ahdal hanya mengandalkan upah sebagai tukang sapu jalanan.
           
Dua kakak perempuan Nujood bernasib malang, Mona diperkosa orang, sementara Jamila dibawa kabur teman dekatnya. Ketimbang Nujood mengalami nasib serupa, Ahdal akhirnya menjodohkan kemudian menikahkan Nujood yang saat itu berusia 9 tahun dengan Faez Ali Tahmer.
          
Bagi wanita Yaman, menikah di usia dini, bahkan di bawah umur sekalipun merupakan hal lumrah. Budaya itulah yang membuat Nujood tidak memiliki pilihan selain menerima keinginan sang ayah. Dengan berat hati, Nujood pasrah dinikahi Faez, kurir yang berusia 30 tahun.
          
Alasan Ahdal,  menikahkan putrinya yang masih suka nonton film kartun dan bermain berlarian bersama teman sebayanya itu lebih karena faktor ekonomi. Dengan ‘direnggut’ nya Nujood dari keluarga, berarti kewajiban Ahdal berkurang satu mulut untuk diberi makan.
         
Setelah akad nikah, Nujood langsung diboyong tinggal di rumah Faez yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah orang tuanya. Sesuai aturan di Yaman, jika seorang pria menikahi gadis yang belum menstruasi, dia dilarang bersebadan sebelum istrinya mendapat menstruasi pertama.
          
Aturan yang sudah membudaya itulah yang membuat Nujood tidak khawatir langsung tinggal di rumah sang suami. Namun Faez bukan tipe pria yang mentaati komitmen dan aturan. Malam pertama itu menjadi neraka dunia bagi Nujood lantaran ‘diperkosa’ suaminya.
          
Selama dua bulan, hampir setiap malam, Nujood yang memang cantik itu tidak kuasa menolak hasrat Faez. Jika menolak, tubuh kecilnya menjadi sasaran empuk pukulan dan tendangan sang suami. Pernikahan itu ibarat penjara bagi Nujood yang tidak bisa bebas lagi keluar rumah.
         
Nujood yang malang hanya boleh keluar rumah untuk menemui keluarganya saja. Belia itu sempat menceritakan perlakukan Faez kepada ibunya, namun sang ibu hanya mampu menasehatinya untuk taat kepada suami. Nujood kehilangan pegangan hidup dan tempat mengadu. Terlebih sang ayah yang justru selalu membela Faez ketimbang melindungi putrinya.

Bertemu Hakim
Setiap berkunjung ke rumah ibunya, Nujood selalu mendapat uang untuk membeli roti. Uang itu disimpannya. Hingga suatu hari, dirinya sudah tidak tahan lagi dengan penderitaan yang dialami, dia memutuskan kabur dan melarikan diri dari genggaman Faez. Dengan uang itu Nujood bisa mencapai pusat kota Sanaa.


Kepada sopir taksi dia menyampaikan keinginannya untuk bisa cerai dari sang suami. Akhirnya sopir taksi menurunkannya di halaman sebuah pengadilan yang luas. Dengan langkah gontai dan bingung, Nujood masuk ke dalam pengadilan. Perempuan kecil itu duduk di salah satu sudut ruang pengadilan yang ramai dan sibuk.
        
Kehadiran Nujood disana mengundang perhatian seorang hakim.  “Saya datang untuk mengurus perceraian,” ujar Nujood. Merasa prihatin, sang hakim berusaha menenangkan ABG galau itu dan berjanji akan membantunya.
         
Hakim itu menyimpulkan bahwa Nujood dalam kesulitan besar dan butuh pertolongan. Kemudian Nujood diajak pulang ke rumahnya. Di rumah yang lumayan besar itu, Nujood ditemani putri hakim yang berusia 8 tahun. Selama beberapa hari di rumah itu Nujood ditemani anak hakim dan melampiaskan kerinduannya bermain laiknya anak seusia dia.
        
Akhirnya Nujood diperkenalkan kepada Shatha Nasser, seorang wanita pengacara yang bersimpati dan akan memperjuangkan niat Nujood untuk minta cerai. Tidak mudah bagi Shatha mewujudkan keinginan kliennya. Sebab dia harus mendobrak tradisi  masyarakat Yaman yang menganggap tabu usahanya itu.
          
Dengan kegigihan dan dukungan media, akhirnya tanggal 15 April 2008, Pengadilan Yaman yang dipimpin Hakim Muhammad Al Ghazi memutuskan gugatan cerai itu.  Nujood bisa kembali ke pangkuan ibunya. Pengadilan memberikan sanksi hukuman kepada suami dan ayahnya.
          
Melalui media, kisah pedih Nujood dan perjuangannya menuntut keadilan telah menyedot perhatian dunia. Menlu Amerika, Hillary Clinton menjulukinya pahlawan dan menjamin keinginan Nujood untuk sekolah hingga mencapai sarjana. “Saya ingin menjadi pengacara,” ujarnya pada Hillary.
          
Dengan status janda cilik, Nujood tetap percaya diri berbaur dengan lingkungan sekolah. “Apa yang saya alami telah membuat saya semakin kuat  Sekarang hidup saya manis seperti permen,” ungkap Nujood yang gandrung matematikan dan Al Quran.
          
Keberanian Nujood menggugat cerai mendapat dukungan media internasional, seperti CNN, Time, New York Times,  Los Angeles Times dan lainnya. Bahkan situs glamour.com menobatkan Nujood sebagai women of Year 2008. Penganugerahan itu digelar di Manhattan
          
Perjuangannya telah menginspirasi Khadeja Sallami, kreator film Yaman  untuk mengangkat kisah hidupnya dalam film. Bahkan sebuah buku berjudul ’I am Nujood, Age 10 and Divorced’ yang mengangkat perjalanan hidup Nujood juga sudah diedarkan.
         
Kisah Nujood menjadi perwakilan dari perlawanan sejumlah perempuan belia Yaman, yang tidak ingin menikah dini. Bahkan perceraiana itu  menjadi inspirasi bagi peluncuran rancangan undang-undang perkawinan di Yaman yang melarang pernikahan di bawah usia 17 tahun.*
http://www.iconspedia.com/uploads/12789365491822702177.png

Selasa, 21 Juni 2011

Ini Dia ‘Dokter Helikopter’

    
Mungkin hanya sedikit orang punya keahlian seperti M. Yanto, tetapi sangat banyak orang butuh keahliannya. Bisa apa sih dia? Yanto adalah ‘dokter’nya mainan remote control (RC). Dia mampu otak-atik dan modif  mobil balap sampai helikopter RC.
    
Hampir di semua mal di Jakarta ‘disusupi’ penjual mainan RC, terutama berbentuk helikopter mini. Mainan itu bisa terbang mirip aslinya, namun ringkih dan mudah rusak, begitu juga dengan mobil RC yang dapat dikendalikan dari jarak jauh.
    
Melihat peluang itu, sejak 12 tahun silam Yanto buka ‘gerai’ servis mainan RC di anak tangga lorong sempit Pasar Gembrong, Jakarta Timur. Sampai sekarang pria yang sedang menanti kelahiran anak pertamanya itu tetap mangkal di anak tangga, meski sudah punya kios permanen.
    
Kemampuannya memperbaiki mainan RC itu didapat secara otodidak. Jebolan SMA ini sejak kecil memang hobi mengotak-atik barang elektronik. “Apa aja yang ada di rumah saya bongkar, radio, tivi sampai kulkas. Karena selalu bikin rusak, saya sampai dikurung di kamar sama bapak,” kenangnya.
    
Karena rumah orangtuanya persis di belakang Pasar Gembrong, bursanya mainan anak di Jakarta, otomatis setiap hari Yanto akrab dengan suasana di sana. Ketika remaja, dia hobi main mobil Tamiya  dan selalu menang jika lomba. “Mobil Tamiya-nya sama, tapi sudah saya ‘kilik’ jadi larinya ngacir,” cerita pria ramah ini.
    
Berawal dari bongkar pasang Tamiya itulah Yanto kemudian belajar memperbaiki mobil RC dan mainan lain berbasic RC. Keahlian yang dimilikinya itu tersebar dari mulut ke  mulut. Semula hanya pedagang mainan saja yang jadi ‘pasien’nya, kini pelanggannya ada yang datang dari luar Jawa bahkan negeri tetangga Malaysia.
    
Pria berdarah campuran Pekalongan – Betawi ini memasang papan nama ‘Tagor Service’. Sepintas orang mengira dia berasal  dari Sumatera Utara. “Tagor itu singkatan dari tahu goreng. Bapak saya dulu punya pabrik tahu, sekarang jual tahu goreng”, paparnya sambil terkekeh.
    
Menurut pria berusia 30 tahun ini, ada tiga jenis mainan RC, kiddy, elektrik dan engine. “Kiddy dan elektrik  bisanya untuk mainan saja, tapi yang engine untuk lomba. Mesinnya sudah seperti mesin motor dan pakai methanol, bukan baterai,” ujarnya.
    
Yanto mengaku sanggup memperbaiki mainan RC jenis apapun, termasuk speedboat dan mobil-mobilan yang bisa ditunggangi bertenaga ACCU. Biasanya mereka yang bolak-balik datang bukan sekedar ingin servis, tetapi juga ingin memodifikasi tampilan dan power mobil RC nya.
    
Pengalamannya selama ini, helikopter RC lebih rentan rusak ketimbang mobil RC. Sebab ada dua kemungkinan yang terjadi, nabrak atau jatuh. “Kalau mobilkan Cuma nabrak aja, helikopter kalau nggak nabrak. Ya..jatuh,” terang Yanto.
    
Meskipun lokasi Tagor Service kurang nyaman dan sempit, namun pelanggannya tampak kerasan beralama-lama. “Kemarin bikin baterai dobel biar lebih lama mainnya, sekarang mau ganti body”, ujar Rudi yang sejak tiga tahun silam sudah jadi ‘pasien’ tetap ‘Dokter Tagor’. 
    
Beberapa toko mainan di Jakarta yang menerima layana servis ternyata ‘melempar’ ordernya ke Tagor Service. “Ya, bagi-bagi rezekilah. Mungkin masih banyak yang belum tahu ada Tagor di sini, kelakarnya.
    
Selain sebagai sumber penghasilan, melalui  keahliannya itu Yanto jadi kenal banyak orang dari beragam kalangan. “Yang main engine itu umumnya orang kaya, ada pejabat ada pengusaha. Teman saya jadi banyak”, ungkap ‘mekanik’ ini
    
Soal ongkos servis, tergantung kerusakan. Biasanya Yanto mematok harga Rp. 35 ribu sampai Rp. 50 ribu. “Kalau ada sparepart yang harus diganti, ongkosnya tergantung harga sparepart. Malah ada yang harus indent, barangnya dari luar negeri,” cerita Yanto.
    
Jerih payahnya selama ini telah berbuah manis. Yanto sudah memiliki kios yang menjual mainan RC, khususnya helikopter. Barang dagangan dan sparepartnya impor dari Jepang, Korea dan Cina. “Saya bisa jual lebih murah karena saya dapat dari tangan kedua setelah distributor”, ungkapnya.
    
Yanto yang merintis usaha ini dengan ketekunan dan kesabaran, kini mampu membayar enam orang karyawan. Bahkan dia tidak pelit berbagi ilmu kepada karyawannya agar mereka bisa menjadi ‘dokter RC’ dikemudian hari.*
http://www.iconspedia.com/uploads/12789365491822702177.png

Senin, 20 Juni 2011

Jangan Biarkan Darsem Susul Ruyati !!


Ruyati sering disiksa. Hingga tidak tahan lagi dan terpaksa membunuh istri majikannya. Ruyati tewas dipancung. Darsem mau diperkosa majikan. Dia melawan. Majikan tewas, Darsem diancam hukuman mati atau bayar Rp.4,7 miliar. Akankah Darsem menyusul Ruyati?


Belum genap setahun ini sudah 28 orang tewas di pancung di Arab Saudi, salah satunya Ruyati binti Saboti Saruna, TKW asal Bekasi. Ironisnya, hukuman mati itu terjadi setelah SBY pidato tentang perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di forum internasional.


Vonis mati yang ditimpakan kepada Ruyati (54) itu berawal dari kasus pembunuhan yang terjadi pada 12 Januari tahun lalu. TKW asal Kampung Ceger, Sukatani, Bekasi itu dituduh telah membunuh istri majikannya menggunakan pisau pemotong daging. Di depan pengadilan Ruyati mengakui semua tuduhan itu.


Versi pemerintah, sejak pengadilan mulai berjalan, Kementerian Luar Negeri sudah memberikan pendampingan hukum terhadap Ruyati dan terus mengupayakan adanya pengampunan. Namun, pemerintah Arab Saudi tidak mau memaafkan perbuatan Ruyati.


"Proses hukum mulai dari pendampingan sampai meminta pengampunan itu sudah dilakukan. Menkum HAM sendiri sudah datang ke Arab dan meminat agar tidak ada hukuman mati. Kita juga sudah menulis surat. Namun pemerintah Arab Saudi masih saja melakukan hukuman mati tersebut," ucap Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Tatang Razak.


Namun pembelaan pemerintah itu terbantahkan oleh pengakuan putri Een Nuraeni, putri Ruyati. "Kalau saya tidak kasak-kusuk sendiri, mana mungkin saya bisa tahu perkembangan kasusnya. Saya ke tanyakan langsung ke Kementerian Luar Negeri, BNP2TKI, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi," ujar Een yang merasa berjuang sendirian untuk mencari tahu perkembangan ibunya.


Een kecewa berat kepada pemerintah yang hanya bisa memberikan informasi tentang perkembangan kasus ibunya tanpa bisa berbuat bannyak dan tidak proaktif. "Mereka memang selalu menanggapi informasi yang saya minta. Tapi, saya bingung, kenapa ibu saya kasusnya baru satu tahun kok sudah dieksekusi," katanya.


Ironisnya, keluarga lebih dulu dikabari tentang eksekusi mati itu dari LSM Migrant Care beberapa jam setelah hukum pancung yang dilakukan di Mekkah pada Sabtu (18/6) kemarin, sementera pemerintah yang diwakili Kemenlu baru memberi kabar pada Minggu (19/6) pagi. 


Kini keluarga sedang konsentrasi dalam proses pemulangan jenazah Ruyati yang ternyata tidak sederhana prosedurnya. Untuk memulangkan jenazah, pihak keluarga harus mengajukan permohonan ke Kementerian Luar Negeri. Keluarga tidak ingin kasusnya seperti Yanti Irianti yang juga dipancung, namun hingga kini jenazahnya belum bisa dipulangkan.


Pemerintah Teledor
Kasus ini sangat bertolak belakang dengan pidato Presiden SBY pada Sidang ILO ke-100 14 Juni lalu yang menyatakan mekanisme perlindungan pada TKI sudah berjalan dangan baik, tersedia institusi dan regulasinya.  "Dengan kasus ini, jelas memperlihatkan bahwa apa yang dipidatokan Presiden SBY di ILO tidak sesuai dengan realitas," ujar Direktur Eksekutif Anis Hidayah.


Menurut Anis, eksekusi mati terhadap Ruyati merupakan bentuk keteledoran diplomasi perlindungan PRT migran Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam kasus Ruyati, publik tidak pernah mengetahui proses hukum dan upaya diplomasi apa yang pernah dilakukan pemerintah Indonesia.


Keteledoran ini juga pernah terjadi pada kasus eksekusi mati terhadap Yanti Iriyanti, PRT migran Indonesia asal Cianjur yang juga tidak pernah diketahui oleh publik sebelumnya. Bahkan hingga kini jenazah Yanti Iriyanti belum bisa dipulangkan.


Menengok kebelakang dalam kasus Ruyati, Migrant Care telah menyampaikan perkembangan kasus ini kepada pemerintah Indonesia sejak Maret 2011, namun belum ada tindak lanjut. Migrant Care mendesak Presiden SBY untuk mengusut tuntas keteledoran diplomasi perlindungan PRT migran Indonesia.


"Kami mendesak agar dilakukan evaluasi kinerja terhadap para pejabat yang terkait dengan keteledoran kasus ini seperti Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Luar Negeri, Kepala BNP2TKI dan Duta Besar RI untuk Saudi Arabia," papar Anis.
Pemerintah membantah dituding teledor. Melalui juru bicara    


Kementerian Luar Negeri Michael Tene menyampaikan kecamannya terkait eksekusi mati TKI di Arab Saudi. "Tanpa mengabaikan sistem hukum yang berlaku di Arab saudi, pemerintah Indonesia mengecam bahwa pelaksanaan hukuman mati terhadap Ruyati tidak diinformasikan kepada KBRI kita di Riyadh sebelumnya," kata Michael.


Menurutnya, selama ini KBRI di Ryadh mengetahui kasus yang dialami Ruyati dan sudah mencoba dengan berbagai cara melindungi TKI tersebut baik mendampinginya selama mengikuti persidangan maupun mengusahakan untuk mendapat pengampunan dari keluarga korban. Namun, kata Michael, KBRI Riyadh sama sekali tidak diberi tahu mengenai waktu eksekusi Ruyati.


"Eksekusi tersebut dilakukan tanpa mengindahkan praktik internasional yang berlaku terkait dengan hak tahanan asing untuk mendapat bimbingan kekonsuleran," kata Michael.
Dia menambahkan sebagai respon atas kasus ini , maka pemerintah Indonesia dalam waktu dekat akan melayangkan surat kepada Duta Besar Arab Saudi di Indonesia yang berisi mengenai sikap pemerintah terhadap eksekusi Ruyati. 


Menyakapi kasus ini, pemerintah baru melacak Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang memberangkatkan Ruyati dan mengurus asuransinya. "Saat ini kita sedang kejar Asuransinya. Semoga saja tidak mati. Tapi kita tetap usahakan terus," ujar juru bicara dan staf khusus, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar, Dita indah Sari. 


Tidak Lumpuh
Ruyati diberangkatkan PT Dasa Graha Utama, PJTKI  yang berbasis di Jakarta. Dia bekerja di sebuah keluarga untuk mengurus seorang wanita tua dan lumpuh, mertuanya sang majikan. Sampai pelaksanaan hukuman pancung, pihak Indonesia tidak tahu pasti apa sebenarnya yang melatar belakangi pembunuhan itu.


"Dari awal tidak tahu proses pengadilannya di Arab Saudi. Mungkin pemerintah tahu prosesnya. Karena dari pihak keluarga juga tidak mengetahui," kata staf advokasi Migrant Care, Nining Johar.


Sejak kasus ini disidangkan tahun 2010, Migrant Care mencoba menelusuri proses pengadilan di Arab Saudi namun tidak berhasil mendapat informasi yang jelas. “Sebenarnya yang jahat itu pihak mertuanya, yang diberitakan lumpuh sebenarnya tidak lumpuh, karena dia sebenarnya yang jahat," ujar Nining.


Nining menceritakan, Ruyati justru selama ini yang terus mendapatkan kekerasan dari mertua majikannya di Arab Saudi. Saat buka puasa, tidak diberikan minum dan makan. Bahkan, dia pernah masuk rumah sakit karena luka di kakinya karena kekerasan.


Meski banyak tekanan dari majikannya, selama ini Ruyati tidak pernah mengeluh. Meski sering berkomunikasi dengan keluarganya di Tanah Air, TKW malang ini tidak pernah mengutarakan permasalahannya. 


Menurut Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat, Ruyati membunuh istri majikannya, Khoiriyah Omar Moh Omar Hilwani. "Saat disidang, Ruyati mengaku membunuh setelah bertengkar karena keinginannya untuk pulang tidak dikabulkan," kata Jumhur.


BNP2TKI mengaku sudah berupaya maksimal agar hukuman pancung itu tidak terjadi. “Sebelumnya KJRI Jeddah telah berupaya keras agar Ruyati tidak dipancung dengan cara meminta lembaga pemaafan (lajnatul afwu) untuk membebaskan dari hukuman mati tersebut," kata Jumhur.


Namun menurut Jumhur, keluarga korban bersikeras tidak mau memaafkan. Hukum di Arab Saudi sudah baku. Bila seseorang membunuh maka pengadilan akan menjatuhkan hukuman mati sampai keluarga korban memberi maaf untuk tidak dihukum mati.


Amnesty International, lembaga pemantau HAM yang berpusat di London menyebutkan , tahun lalu Arab Saudi telah memancung 27 orang. Tahun 2009, jumlah yang dieksekusi mencapai 67 orang, sedangkan pada 2008 sebanyak 102 orang. Sementara tahun 2007, 158 orang dipenggal kepalanya. Amnesty International mendesak pemerintah Arab Saudi menghentikan hukuman mati. 


Sekarang sedikitnya ada 1,2 juta orang Indoensia bekerja sebagai TKI di luar negeri, 70 persen berada di Arab Saudi. Jika mereka tidak dilengkapi dengan keterampilan, bahasa dan mental yang baik, mereka sangat rentan tersandung masalah hukum yang berujung dipancung.


Untuk menyikapi kasus ini Migrant Care akan menggelar tahlil massal di depan istana pada Senin (20/6) malam besok.  Sebelum tahlil digelar, Migrant Care akan Kementerian Luar Negeri untuk meminta penjelasan lengkap terkait dipancungnya Ruyati. 


Koin Darsem
Ruyati sudah dipancung, sementara keluarga Darsem binti Dawud Tawar sedang mengumpulkan uang konpensasi agar TKI asal Subang, Jawa Barat  itu lolos dari hukuman mati di Arab Saudi. 
Darsem didakwa membunuh majikannya, warga negara Yaman. Pembunuhan terjadi karena dia membela diri dari upaya pemerkosaan oleh korban. Pengadilan di Riyadh, Arab Saudi, memvonis mati pada 6 Mei 2009. 


Berkat bantuan pihak Lajnah Islah Riyadh dan juga pejabat Gubernur Riyadh, Darsem mendapat pemaafan. Namun ahli waris korban mau memberi maaf dengan kompensasi sebesar 2 juta riyal atau Rp 4,7 miliar.


Ada dua kemungkinan penyelesaian kasus Darsem, yakni proses banding atau membayar konpensasi. Agar Darsem bisa lolos dari hukuman mati, kini banyak bermunculan kelompok yang bersimpati dengan mengunpulkan koin untuk Darsem.


Pemerintah Kabupaten Subang, Jawa Barat, akan mengumpulkan koin buat menolong nasib Darsem. "Selain dari masyarakat umum, koin akan kami kumpulkan dari para pejabat eselon II hingga V dan semua pegawai negeri sipil," ujar Eep Hidayat, Bupati Kabupaten Subang.


Di jejaring sosial dunia maya juga bermunculan ajakan menyumbangkan koin untuk Darsem yang butuh uang konpensasi sangat besar itu. Kita tunggu langkah apa yang akan dilakukan pemerintah untuk melepaskan Darsem dan 26 TKI lain dari hukuman mati.*
http://www.iconspedia.com/uploads/12789365491822702177.png