Halaman

Minggu, 03 Juli 2011

Tunggangi ‘Luna Maya’ Cuma Bayar Ceban

Setiap minggu pagi, puluhan kuda tunggang ‘parkir’ di depan gedung arena Pacuan Kuda Pulomas. Diantara kuda-kuda sewaan itu terdapat belasan ‘veteran’ kuda pacu, salah satunya bernama Luna Maya.

Sunday Market alias pasar kaget di kawasan Pacuan Kuda Pulomas, Jakarta  Timur sudah berlangsung lama. Seratus lebih pedagang berbaur dengan pengunjung yang ingin berolahraga, cuci mata, atau ingin cari hiburan bersama keluarga.

Sejak pagi hingga siang, para pedagang berjejer di sisi jalan menawarkan beragam dagangan. Mulai dari pakaian, makanan, minuman, tas, sepatu, minyak wangi, aksesoris telepon genggam hingga pernak-pernik unik.

Jajanan kuliner pun lumayan lengkap, ada tukang es cendol, es cincau dan burger. Mereka yang ingin sarapan pagi bisa pilih menu nasi uduk, bubur ayam, ketoprak, aneka soto dan lontong sayur.

Para pedagang mulai membuka lapaknya dari pukul 05.00 WIB sampai 12.00 WIB. Namun, ada juga yang sudah menutup dagangannya lebih cepat. Mereka yang berdagang di sana biasanya menggunakan mobil pribadinya untuk memajang barang dagangannya.

Dian (32),  warga Utan Kayu, Jakarta Timur  mengaku sudah lebih dari empat bulan berdagang pakaian di tempat ini. Pukul tiga subuh dia sudah di lokasi mempersiapkan daganganya yang dipajang di mobil Toyota Avanzanya.

Suasana beda tersaji di halaman depan Gedung Pacuan Kuda. Areal parkir  luas yang sehari-harinya dipakai untuk latihan mengemudi mobil itu menjadi tempat ‘parkir’ puluhan kuda tunggang dan delman.

Kusir delman berhiasan warna-warni itu mematok harga Rp20 ribu untuk keliling kawasan Pulomas. Daya angkutnya cukup banyak, bisa membawa 7 penumpang. Jamil (29), mengaku sudah tiga tahun setiap hari minggu mangkal di sana. Di hari biasa, Jamil ‘narik’ delman di sekitar pemukiman penduduk.

“Di sini ramenya minggu doang. Hari biasa saya pindah-pindah mangkalnya. Lihat-lihat tempat yang rame, banyak anak-anaknya,” ujar Jamil yang mematok harga seribu rupiah perorang untuk naik delman di jalan sekitar pemukiman penduduk.

Kuda dan delman itu milik tetangganya di kawasan Rawasari, Jakarta Pusat. Jamil harus kejar setoran sebelum mengantongi keuntungan. “Kalo hari biasa setorannya enam puluh ribu. Hari minggu seratus ribu,” papar Jamil yang bisa bawa pulang hingga Rp200 ribu setiap hari minggu.

Pengunjung yang ingin menikmati sensasi kuda tunggang, bisa langsung sewa. Ukuran kudanya beragam. Ada yang kecil, sedang dan besar. “Kuda yang besar-besar itu bekas kuda pacuan. Karena umurnya sudah tua dan nggak kuat lari kencang lagi, dia ‘dibuang’ kesini,” ujar Jhon (20), pemandu kuda tunggang.

Kuda Sion, namanya Luna Maya, ukurannya sedang, usianya sudah lima tahun. “Ini kuda Sumbawa, karena namanya Luna Maya dan ini betina, banyak yang tertarik ingin naik. Kudanya nggak besar, jadi orang nggak takut,” promosi Jhon, perantauan Manado ini.

Seperti pemandu lainnya, Jhon pasang tarif Rp10.000,- untuk satu kali putaran. Penyewa yang sudah bisa naik kuda tidak perlu dipandu lagi. Sementara bagi pemula, Jhon akan mendampingi sambil pegang tali kendali. “Murah kan, bayar ceban (Rp10.000,-) bisa tunggangi Luna Maya,” kelakarnya.

Hidup kuda tunggang mantan kuda pacu itu sudah diserahkan kepada pelatih yang menetap di kawasan arena pacuan. Untuk membeli pakan hewan itu, pelatih bagi hasil dengan para pemandu dari hasil sewa kuda.

“Pemilik kudanya udah gak peduli lagi, ketimbang mati kelaparan, ya, disewakan saja, lumayan, saya dapat uang, pelatih dapat bagian, kudanya juga dapat makan,” terang pria bertubuh kecil yang sedang latihan menjadi joki kuda pacu ini.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar